‘cerpen
ini sangat bagus lho, cerpen ini sangat sedih (gak Happy ending), alurnya
sangat menyentuh tak jaudh dari cerita remaja pada zaman ini.Kalo anda
teman-teman sudah penasaran dengan cerita ini langsunga aja baca....
Aldo gelisah di atas tempat
tidurnya. matanya terpejam tapi dia belum tertidur sama sekali.
kadan kadang dia menghela nafas
panjang, karena pikirannya sudah terfokus untuk esok hari.
apapun yang akan terjadi besok disekolah
adalah hal yang baru untuknya.
---
Tiga hari yang lalu saat sepulang
sekolah, di samping kelas XI IPS 2.
Aldo menyatakan cinta.
cinta polos pertamanya kepada Meta.
Tak tergambarkan bagaimana keadaan Aldo
hari itu.
Dia biasa berlari pagi sejauh Lima
kilometer, tapi tak pernah sulit bernafas seperti ini.
badannya gemetar dan begitupun
suaranya.
padahal dia sering mewakili kelasnya
berpidato di depan anggota osis, dewan guru dan wali murid yang jumlahnya
ratusan.
meski sudah mempersiapkan diri
hampir setahun, semuanya terlihat kacau.
dan reaksi balik dari Meta membuatnya
hampir pingsan ditempat.
Meta sangat tenang berbeda dengan Aldo.
Meta memeluk buku di tangannya, dan
memasang senyum termanis.
sebelum berkata apapun dia menatap
lembut mata aryan beberapa menit.
Dan menit-menit yang hening itu
merupakan detik-detik terlama untuk aryan.
"Aldo..." Met memulai
kalimatnya. Aldo hampir terjengkang karena lemas.
"ya...Met," jawabnya sok
tenang, meski tangannya dari tadi keringat dingin.
"aku perlu berpikir...beri aku
tiga hari..." Meta memberikan senyumnya lagi.
"baiklah..." Lalu Aldo pulang
dengan mengutuk dirinya sendiri.
Dalam perjalanan pulang hari itu
kata-kata Fikri menghantui kepalanya.
Fikri adalah teman baik Aldo, dan
sekaligus lelaki yang amat beruntung di mata Aldo.
pacar dan mantan Fikri banyak.
berbanding terbalik dengan Aldo yang baru jatuh cinta dua tahun terakhir.
dan karena itulah Fikri adalah guru
besar Aldo selama dua tahun terakhir.
"Woi kawan, jika nanti dia
minta waktu buat berpikir, kau berilah dia waktu. Tapi pulanglah dengan lapang
dada jangan terlalu mengaharap lagi.
karena itu artinya kau telah ditolak
kawan."
"kok bisa?" tanya Aldo polos.
"menurut gurumu ini, wanita itu
suka membuat orang yang menyukainya menderita dulu, hahaha"
lalu Fikri menutup pelajaran hari
itu, meninggalkan bon bakso dan es teh seperti biasanya kepada Aldo.
Dan pendapat fikri ternyata benar.
hampir dua tahun
Aldo menunjukkan tanda-tanda dia
suka kepada Meta.
Hampir satu tahun dia belajar
mencari momen dan kata-kata yang pas untuk mengungkapkannya.
setelah hampir jatuh karena gugup
masih saja wanita pujaannya menunggu 3 hari untuk melengkapi penderitaannya.
dan menurut fikri jawaban yang akan
diberikan Meta 3 hari nanti hanyalah satu kata "tidak".
wanita ternyata kadang-kadang bisa
juga menjadi kejam.
----
Hari ini Aldo datang terlambat. dia
bangun kesiangan karena semalam jam empat pagi baru tertidur. itupun bukan
tidur yang dia inginkan.
bisa dikatakan Aldo pingsan karena
kelelahan. karena tiba-tiba saja dia jatuh tertidur dilantai saat sedang
merapikan sprei kasurnya yang berantakan karena dia terlalu kasak-kusuk.
Langkahkahnya goyah, dan wajahnya
pucat seharian.
pelajaran apa saja yang dia ajarkan
gurunya sama sekali tak masuk dikepalanya.
padahal Fikri sudah mencoba sekuat
cara menghiburnya.
fikri membuat lelucon terus menerus.
lalu menuliskan nomor hp cewek
jomblo nan cantik di buku catatan Aldo.
Aldo bergeming.
"Tenang dong, siapa tau kau
diterimanya." goda fikri.
Senyum Aldo mengembang, lalu dia
mencerna kembali kata-kata fikri "siapa tahu?"...
itu artinya 50-50...
kebalikan dari diterima
adalah..."DITOLAK".... senyum Aldo yang tadi sekejap berubah rata.
Bel terakhir berbunyi, lautan putih
abu-abu berhamburan pulang.
Aldo berjalan pelan menuju tempat
penembakan kemarin.
disana Meta sudah berdiri menunggu
dan dia memberikan senyum termanis seperti biasanya.
"Hai, Met..." sapa Aldo lemah.
"Aldo... kamu kok keliatan
sakit?" Meta menatap wajah Aldo dari dekat.
"emh, kemaren lupa makan"
jawab Aldo malas.
"ugh, jangan gitu dong..."
Meta menyadari dia berdiri terlalu dekat denganAldo.
Aldo pun ikut mundur.
"tentang kemarin..." Aldo
dan Meta ngomong bersamaan. lalu mereka tertawa kecil.
"aku nggak bisa Al..."
jawab Meta pelan. Aldo hampir rubuh
meski telah matang mempersiapkan diri.
"ya...aku ngerti" jawab Aldo
cepat.
"ngerti?" tanya Meta menggoda.
"yah, aku juga dah siap kok
apapun jawaban kamu... meski sakit" kata Aldo memegang dadanya.
Meta langsung memegang tangan itu. Aldo
yang tertunduk menatap wajah Meta dengan sisa tenaganya.
"aku kan belum selesai ngomong.
aku nggak bisa Al, nggak bisa nolak kamu" Meta tersenyum dan menenangkan
tangan Aldo yang dingin.
Aldo hampir menangis karena bahagia,
inilah rasa bahagia yang tak pernah dirasakannya.
mereka berdua berpegangan tangan
dalam waktu yang lama.
dan saat berpisah dijalanan mereka
mengucapkan janji-janji manis untuk esok.
saat kejauhan pun mereka masih
saling menoleh dan saling tersenyum.
Lalu hari ini Aldo pulang dengan
perasaan bahagia.
meski tubuhnya semakin lemah karna
sakit, tapi sepeda itu mampu di pacunya secepat mungkin.
di dalam pikirannya tak mampu di
lepasnya bayang senyum Meta.
dia memejamkan matanya sesaat untuk
mengingat kembali saat-saat tadi.
dan tanpa sadar sebuah truk yang
remnya rusak mendekatinya dari arah belakang.
suara klakson mobil itu
meraung-raung, tapi Aldo dan sepedanya terlalu berada di pertengahan jalan.
lalu disana yang terdengar hanya
bunyi dentuman yang kencang, di sambut pekik histeris warga yang ada
disekitarnya...
0 komentar:
Posting Komentar