Kamis, 22 September 2011

^ Saat Cinta Berkata ^



‘cerpen ini sangat bagus lho,  cerpen ini sangat sedih (gak Happy ending), alurnya sangat menyentuh tak jaudh dari cerita remaja pada zaman ini.Kalo anda teman-teman sudah penasaran dengan cerita ini langsunga aja baca....



Aldo gelisah di atas tempat tidurnya. matanya terpejam tapi dia belum tertidur sama sekali.
kadan kadang dia menghela nafas panjang, karena pikirannya sudah terfokus untuk esok hari.
apapun yang akan terjadi besok disekolah adalah hal yang baru untuknya.
---
Tiga hari yang lalu saat sepulang sekolah, di samping kelas XI IPS 2.
Aldo menyatakan cinta.
cinta polos pertamanya kepada Meta.
Tak tergambarkan bagaimana keadaan Aldo hari itu.
Dia biasa berlari pagi sejauh Lima kilometer, tapi tak pernah sulit bernafas seperti ini.
badannya gemetar dan begitupun suaranya.
padahal dia sering mewakili kelasnya berpidato di depan anggota osis, dewan guru dan wali murid yang jumlahnya ratusan.
meski sudah mempersiapkan diri hampir setahun, semuanya terlihat kacau.
dan reaksi balik dari Meta membuatnya hampir pingsan ditempat.
Meta sangat tenang berbeda dengan Aldo.
Meta memeluk buku di tangannya, dan memasang senyum termanis.
sebelum berkata apapun dia menatap lembut mata aryan beberapa menit.
Dan menit-menit yang hening itu merupakan detik-detik terlama untuk aryan.

"Aldo..." Met memulai kalimatnya. Aldo hampir terjengkang karena lemas.
"ya...Met," jawabnya sok tenang, meski tangannya dari tadi keringat dingin.
"aku perlu berpikir...beri aku tiga hari..." Meta memberikan senyumnya lagi.
"baiklah..." Lalu Aldo pulang dengan mengutuk dirinya sendiri.

Dalam perjalanan pulang hari itu kata-kata Fikri menghantui kepalanya.
Fikri adalah teman baik Aldo, dan sekaligus lelaki yang amat beruntung di mata Aldo.
pacar dan mantan Fikri banyak. berbanding terbalik dengan Aldo yang baru jatuh cinta dua tahun terakhir.
dan karena itulah Fikri adalah guru besar Aldo selama dua tahun terakhir.
"Woi kawan, jika nanti dia minta waktu buat berpikir, kau berilah dia waktu. Tapi pulanglah dengan lapang dada jangan terlalu mengaharap lagi.
karena itu artinya kau telah ditolak kawan."
"kok bisa?" tanya Aldo polos.
"menurut gurumu ini, wanita itu suka membuat orang yang menyukainya menderita dulu, hahaha"
lalu Fikri menutup pelajaran hari itu, meninggalkan bon bakso dan es teh seperti biasanya kepada Aldo.

Dan pendapat fikri ternyata benar.
hampir dua tahun
Aldo menunjukkan tanda-tanda dia suka kepada Meta.
Hampir satu tahun dia belajar mencari momen dan kata-kata yang pas untuk mengungkapkannya.
setelah hampir jatuh karena gugup masih saja wanita pujaannya menunggu 3 hari untuk melengkapi penderitaannya.
dan menurut fikri jawaban yang akan diberikan Meta 3 hari nanti hanyalah satu kata "tidak".
wanita ternyata kadang-kadang bisa juga menjadi kejam.
----

Hari ini Aldo datang terlambat. dia bangun kesiangan karena semalam jam empat pagi baru tertidur. itupun bukan tidur yang dia inginkan.
bisa dikatakan Aldo pingsan karena kelelahan. karena tiba-tiba saja dia jatuh tertidur dilantai saat sedang merapikan sprei kasurnya yang berantakan karena dia terlalu kasak-kusuk.

Langkahkahnya goyah, dan wajahnya pucat seharian.
pelajaran apa saja yang dia ajarkan gurunya sama sekali tak masuk dikepalanya.
padahal Fikri sudah mencoba sekuat cara menghiburnya.
fikri membuat lelucon terus menerus.
lalu menuliskan nomor hp cewek jomblo nan cantik di buku catatan Aldo.
Aldo bergeming.

"Tenang dong, siapa tau kau diterimanya." goda fikri.
Senyum Aldo mengembang, lalu dia mencerna kembali kata-kata fikri "siapa tahu?"...
itu artinya 50-50...
kebalikan dari diterima adalah..."DITOLAK".... senyum Aldo yang tadi sekejap berubah rata.

Bel terakhir berbunyi, lautan putih abu-abu berhamburan pulang.
Aldo berjalan pelan menuju tempat penembakan kemarin.
disana Meta sudah berdiri menunggu dan dia memberikan senyum termanis seperti biasanya.

"Hai, Met..." sapa Aldo lemah.
"Aldo... kamu kok keliatan sakit?" Meta menatap wajah Aldo dari dekat.
"emh, kemaren lupa makan" jawab Aldo malas.
"ugh, jangan gitu dong..." Meta menyadari dia berdiri terlalu dekat denganAldo.
 Aldo pun ikut mundur.
"tentang kemarin..." Aldo dan Meta ngomong bersamaan. lalu mereka tertawa kecil.
"aku nggak bisa Al..." jawab Meta pelan. Aldo  hampir rubuh meski telah matang mempersiapkan diri.
"ya...aku ngerti" jawab Aldo cepat.
"ngerti?" tanya Meta menggoda.
"yah, aku juga dah siap kok apapun jawaban kamu... meski sakit" kata Aldo memegang dadanya.
Meta langsung memegang tangan itu. Aldo yang tertunduk menatap wajah Meta dengan sisa tenaganya.
"aku kan belum selesai ngomong. aku nggak bisa Al, nggak bisa nolak kamu" Meta tersenyum dan menenangkan tangan Aldo yang dingin.
Aldo hampir menangis karena bahagia, inilah rasa bahagia yang tak pernah dirasakannya.
mereka berdua berpegangan tangan dalam waktu yang lama.
dan saat berpisah dijalanan mereka mengucapkan janji-janji manis untuk esok.
saat kejauhan pun mereka masih saling menoleh dan saling tersenyum.

Lalu hari ini Aldo pulang dengan perasaan bahagia.
meski tubuhnya semakin lemah karna sakit, tapi sepeda itu mampu di pacunya secepat mungkin.
di dalam pikirannya tak mampu di lepasnya bayang senyum Meta.
dia memejamkan matanya sesaat untuk mengingat kembali saat-saat tadi.
dan tanpa sadar sebuah truk yang remnya rusak mendekatinya dari arah belakang.
suara klakson mobil itu meraung-raung, tapi Aldo dan sepedanya terlalu berada di pertengahan jalan.

lalu disana yang terdengar hanya bunyi dentuman yang kencang, di sambut pekik histeris warga yang ada disekitarnya...











0 komentar:

Posting Komentar